Cerpen
Malam itu, tepatnya malam selasa, Mas Army menceritakan sebuah kisah nyata yang sangat dramatis bagiku, hingga mendorong aku untuk menulis cerpen ini
Sampai malam ini, masih sangat jelas tertulis diingatanku ketika Mas Army
bilang…
“Perempuan itu Berhati Mulia”
Yah...Perempuan itu memang berhati mulia, bahkan sangat mulia. Sungguh
tidak pernah terbayangkan olehku dizaman sekarang ini masih ada seorang insan
semulia itu.
Perempuan itu adalah seorang anak Panti Asuhan yang diadopsi sepasang
suami-istri. Ketika ia tumbuh dewasa, ia kehilangan seseorang yang selama ini
telah berjasa dalam hidupnya. Seseorang itu adalah Pengasuh Panti.
Oya? aku lupa, perempuan itu bernama Wulandari.
Sepeninggal pengasuh itu, Wulandarilah yang bertanggung jawab terhadap
adik-adik pantinya. Dia bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan adik-adik
pantinya. Dia juga kuliah yang akhirnya mendapat gelar seorang Dokter. Tanggung
jawab membuat dia harus pulang larut malam.
Selain adik-adik panti yang diasuhnya, dia juga menabungkan pembantunya
umrah. Dia bekerja siang dan malam untuk membiayai itu semua tanpa mengenal
lelah, karna dia melakukannnya dengan ikhlas.
Dan menurutku,”Ikhlas” adalah
sesuatu yang sulit diwujudkan.
Aku tidak tahu kapan waktu dia istirahat dan bisa tidur dengan pulas.
Sepulang kerja, dia harus melakukan Shalat Tahajud. Shalat yang dimana pada
waktu itu hampir seluruh manusia dimuka bumi ini tertidur dengan pulas. Shalat
Tahajud adalah shalat rutin yang dilakukannya selain shalat 5 waktu.
mmmm…..
Itulah semua rutinitasnya. Hingga akhirnya suatu hari dia mengenal Mas Army.
Semua itu terjadi tanpa saling berpandang mata. Mereka menjadi dekat melalui hp
atau facebook. Didalam kedekatan itu, dia pernah bercerita tentang rasa sakit
yang dideritanya setelah kepergian mantan pacarnya. Tapi, semenjak dekat dengan
Mas Army, dia cukup bahagia, bahkan mungkin sangat bahagia. Hingga pada suatu
saat, dia menyadari lewat Tahajud ternyata “Dia
sayang Mas Army” dia ungkapkan semua rasa itu lewat sebuah puisi, tapi
sayang Mas Army belum menyadari itu semua.
Seiring berjalannya waktu…
Tiba-tiba terdengar kabar yang tidak mengenakkan, “Dia Diopname”. Cukup terkejut memang, tapi itulah kenyataan yang
harus diterima walaupun pahit. Dia mengidap penyakit “Kanker Otak” stadium dua. Sebuah penyakit ganas yang sudah lama
dideritanya. Tapi sedikitpun dia tidak merasakan sakit. Dia buat dirinya selalu
tersenyum, seolah-olah tidak ada apa-apa.
“Wanita Tegar”, sebuah kalimat
yang cocok untuknya dan sosok yang sangat pantas untuk dikagumi.
Dipembaringan dan disela-sela sakitnya, dia selalu merangkai kata-kata
ungkapan rasa sayangnya terhadap Mas Army. Ada satu kalimat yang masih kuingat, “Ungkapkanlah Sebelum Aku Pergi Jauh”.
Oya? Ada
satu kalimat yang membuat Mas Army sadar tentang yang dirasakan Wulan selama
ini, “Aku Ingin Menjadi Yang Pertama
Mengungkapkannya. Bahwa Aku Sayang Kamu Dan Walaupun Kedua Orang Tua Kita Tidak
Mengizinkan, Aku Akan Tetap Menciummu Di Surga”.
Mas Army tersentak kaget ketika tahu kebenarannya. Tapi semua itu sudah
terlambat, wulan telah pergi meninggalkan dunia ini. Mas Army hanya bisa
meneteskan air mata karena kepergiannya dan rasa penyesalan yang selalu muncul
diakhir suatu cerita.
Sebelum menemui ajalnya, Wulan sempat berpesan kepada Mas Army, “Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tua Dan
Jangan Pernah Lalaikan Shalat”. Itulah kata-kata yang masih teringat jelas
oleh Mas Army. Kata-kata yang bisa membuat dia melakukan suatu perubahan kearah
yang lebih baik.
Kepergian wulan ditangisi banyak orang dan setelah kepergiannya, dia
meninggalkan harta dan bagian tubuhnya untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya.
Sungguh mulia “Hidupnya Untuk
Mendapatkan Ridho Dari ALLAH SWT”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar