Selasa, 01 April 2014

Perempuan Berhati Mulia


Cerpen
            Malam itu, tepatnya malam selasa, Mas Army menceritakan sebuah kisah nyata yang sangat dramatis bagiku, hingga mendorong aku untuk menulis cerpen ini
 Sampai malam ini, masih sangat jelas tertulis diingatanku ketika Mas Army bilang…


“Perempuan itu Berhati Mulia”
Yah...Perempuan itu memang berhati mulia, bahkan sangat mulia. Sungguh tidak pernah terbayangkan olehku dizaman sekarang ini masih ada seorang insan semulia itu.
Perempuan itu adalah seorang anak Panti Asuhan yang diadopsi sepasang suami-istri. Ketika ia tumbuh dewasa, ia kehilangan seseorang yang selama ini telah berjasa dalam hidupnya. Seseorang itu adalah Pengasuh Panti.
Oya? aku lupa, perempuan itu bernama Wulandari.
Sepeninggal pengasuh itu, Wulandarilah yang bertanggung jawab terhadap adik-adik pantinya. Dia bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan adik-adik pantinya. Dia juga kuliah yang akhirnya mendapat gelar seorang Dokter. Tanggung jawab membuat dia harus pulang larut malam.
Selain adik-adik panti yang diasuhnya, dia juga menabungkan pembantunya umrah. Dia bekerja siang dan malam untuk membiayai itu semua tanpa mengenal lelah, karna dia melakukannnya dengan ikhlas.
Dan menurutku,”Ikhlas” adalah sesuatu yang sulit diwujudkan.
Aku tidak tahu kapan waktu dia istirahat dan bisa tidur dengan pulas. Sepulang kerja, dia harus melakukan Shalat Tahajud. Shalat yang dimana pada waktu itu hampir seluruh manusia dimuka bumi ini tertidur dengan pulas. Shalat Tahajud adalah shalat rutin yang dilakukannya selain shalat 5 waktu.
mmmm…..
Itulah semua rutinitasnya. Hingga akhirnya suatu hari dia mengenal Mas Army. Semua itu terjadi tanpa saling berpandang mata. Mereka menjadi dekat melalui hp atau facebook. Didalam kedekatan itu, dia pernah bercerita tentang rasa sakit yang dideritanya setelah kepergian mantan pacarnya. Tapi, semenjak dekat dengan Mas Army, dia cukup bahagia, bahkan mungkin sangat bahagia. Hingga pada suatu saat, dia menyadari lewat Tahajud ternyata “Dia sayang Mas Army” dia ungkapkan semua rasa itu lewat sebuah puisi, tapi sayang Mas Army belum menyadari itu semua.
Seiring berjalannya waktu…
Tiba-tiba terdengar kabar yang tidak mengenakkan, “Dia Diopname”. Cukup terkejut memang, tapi itulah kenyataan yang harus diterima walaupun pahit. Dia mengidap penyakit “Kanker Otak” stadium dua. Sebuah penyakit ganas yang sudah lama dideritanya. Tapi sedikitpun dia tidak merasakan sakit. Dia buat dirinya selalu tersenyum, seolah-olah tidak ada apa-apa.
“Wanita Tegar”, sebuah kalimat yang cocok untuknya dan sosok yang sangat pantas untuk dikagumi.
Dipembaringan dan disela-sela sakitnya, dia selalu merangkai kata-kata ungkapan rasa sayangnya terhadap Mas Army. Ada satu kalimat yang masih kuingat, “Ungkapkanlah Sebelum Aku Pergi Jauh”.
Oya? Ada satu kalimat yang membuat Mas Army sadar tentang yang dirasakan Wulan selama ini, “Aku Ingin Menjadi Yang Pertama Mengungkapkannya. Bahwa Aku Sayang Kamu Dan Walaupun Kedua Orang Tua Kita Tidak Mengizinkan, Aku Akan Tetap Menciummu Di Surga”.
Mas Army tersentak kaget ketika tahu kebenarannya. Tapi semua itu sudah terlambat, wulan telah pergi meninggalkan dunia ini. Mas Army hanya bisa meneteskan air mata karena kepergiannya dan rasa penyesalan yang selalu muncul diakhir suatu cerita.
Sebelum menemui ajalnya, Wulan sempat berpesan kepada Mas Army, “Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tua Dan Jangan Pernah Lalaikan Shalat”. Itulah kata-kata yang masih teringat jelas oleh Mas Army. Kata-kata yang bisa membuat dia melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik.
Kepergian wulan ditangisi banyak orang dan setelah kepergiannya, dia meninggalkan harta dan bagian tubuhnya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya.
Sungguh mulia “Hidupnya Untuk Mendapatkan Ridho Dari ALLAH SWT”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar